Dalam membentuk keharmonisan rumah tangga memang memerlukan kesabaran. Menikah
memang tidak hanya membentuk hubungan dengan seseorang saja, tetapi juga membangun hubungan dengan keluarga besar pasangan kita. Sebelum kita bicara soal bagaimana menjaga keharmonisan
dengan keluarga suami nih, hal penting yang telebih dahulu perlu dilakukan suami istri dalam membentuk
keharmonisan adalah kompak dulu dalam situasi
apapun, saling menguatkan, dan motivasi dalam kebaikan. Setuju kan yaaa...
Bicara soal keluarga suami, dalam hal ini ipar dan mertua sedikit banyak
akan memberikan pengaruh terhadap kehidupan rumah tangga kita, baik positif
ataupun negatif. Aku udah banyak mendengar nih, terutama dari para new mommies,
tidak jarang terjadi perselisihan antara ipar, sesama ipar, ataupun dengan
mertua. Rasanya ini bukan hal yang aneh dan sudah menjadi rahasia umum yaa...Beda
versi cerita aja, tapi pada intinya sih sama aja. Tidak jarang juga hal ini
menjadi batu sandungan untuk para kaum hawa yang baru menyandang status istri
atau new mommy, yang sepertinya lebih tertekan dengan situasi seperti ini.
Maklum ya wanita perasaannya lebih sensitif ^_^
Kehidupan berumah tangga itu kan terus berlangsung terus menerus dan sampai
akhir hayat (Ammmiinnnnnn....). Jadi, kalo menurut aku sih ya sebagai istri
sebaiknya (mulai) harus bisa menjaga hubungan dengan keluarga suami agar tetap
harmonis. Disini aku mau membagikan beberapa tips yang aku baca dari beberapa artikel dan bisa diterapkan bagi
kaum hawa yang baru menjadi istri atau new mommies, termasuk aku. Silahkan disimak yaa...
1. Kendalikan diri
sari sifat mengeluh dan selalu berpikir positif
Apa yang kita
ucapkan akan semakin memperkuat kita dalam kalimat tersebut. Gantilah
kalimat-kalimat negatif kita dengan kalimat positif, misalnya “kita nyaman,
kita bahagia”, “kita sama baiknya kok dengan ipar” dan sebagainya.
Memang hal ini memerlukan latihan. Karena sebelum lisan kita terbiasa
mengucapkan kalimat positif yang harus kita lakukan adalah mengubah pola pikir
kita. Lihatlah segala sesuatu dari sisi positifnya. Pemikiran yang positif akan menghasilkan perkataan yang positif, dan pada
akhirnya akan menghasilkan situasi/kondisi yang positif bagi kehidupan rumah
tangga kita.
2. Jadilah
motivator untuk suami dan anak-anak
Berikan terus dukungan kepada suami agar merasa
nyaman dengan kehidupannya sekarang. Hiburlah suami dan berikan motivasi dikala merasa sedih atau kurang percaya diri agar selalu semangat menjadi kepala rumah tangga.
Selain suami, juga jadilah motivator bagi anak-anak. Perlihatkan, bahwa kita sebagai istri nih adalah orang yang tegar dalam menyikapi segala persoalan. Hiburlah mereka dengan kalimat positif. Beri dukungan agar tetap menjalin hubungan baik dengan eyang dan saudara yang lain. Ajarkan bahwa mereka adalah orang yang tetap harus dihormati walau ada sikap yang tidak benar. Ajarkan pula sifat memaafkan dan berbesar hati.
Selain suami, juga jadilah motivator bagi anak-anak. Perlihatkan, bahwa kita sebagai istri nih adalah orang yang tegar dalam menyikapi segala persoalan. Hiburlah mereka dengan kalimat positif. Beri dukungan agar tetap menjalin hubungan baik dengan eyang dan saudara yang lain. Ajarkan bahwa mereka adalah orang yang tetap harus dihormati walau ada sikap yang tidak benar. Ajarkan pula sifat memaafkan dan berbesar hati.
3. Selalu
berpandangan kedepan
Hindari
memperbesar masalah dengan mengungkit-ungkit masa lalu, terutama hal yang
menyakitkan hati. Inilah cara tepat dalam membentuk keluarga yang harmonis.
Selalu berpandangan ke depan.
4. Fokus
pada rumah tangga kita masing-masing
Kehidupan rumah tangga tiap pasangan itu kan
berbeda dan sifatnya dinamis. Setiap permasalahan didalamnya juga diselesaikan
dengan cara yang berbeda oleh pasangan suami-istri, tidak bisa disamakan. Jadi,
sebaiknya kita, terutama para istri nih fokus saja dengan urusan rumah tangga
kita. Selesaikan permasalahan rumah tangga kita berdua dengan pasangan. Tapi,
kalo dirasa permasalahannya tidak bisa diselesaikan berdua, ada baiknya minta
saran orang tua, mertua, atau ipar. Tapi itu pilihan terakhir lho yaa...
Kita juga sebagai outsider nih (dalam hal ini
sebagai ipar) juga harus tau batasan. Sebaiknya tidak ikut campur dalam urusan rumah
tangga ipar kita. Jadi, rasanya gak perlu lah ya selalu mau tau urusan rumah tangga ipar kita, apalagi untuk urusan dapur dan
dompetnya. Kecuali, jika kita sebagai ipar diminta oleh mereka
sendiri, barulah kita memberikan saran yang sesuai dengan permasalahan yang
mereka hadapi. Apapun yang terjadi (baik ataupun
buruk) di dalam rumah tangga suatu pasangan, itu sudah menjadi tanggung jawab
dan wewenang suami-istri tersebut.
5. Berikan
batasan
Tidak jarang juga sih yaaa ada ipar atau
mertua yang mau tau segala urusan rumah tangga kita. Entah itu karena hanya
ingin tau, iri, atau karena hal yang lainnya. Untuk situasi seperti ini, suami
istri mesti kompak lho dan pintar-pintar memberi batasan. Memberikan batasan
disini bukan berarti kita menjauh dari mereka lho yaa...Kita hanya memilah dan
memilih mana hal-hal yang memang bisa disampaikan kepada ipar atau mertua dan
mana yang cukup disimpan berdua. Karena seandainya kita menyampaikan semua
(dengan maksud berbagi), tidak selamanya lho memberikan dampak yang baik. Tidak
jarang yang tadinya niat kita baik, malah tersampaikan tidak baik menurut
mereka. Jadi, alangkah baiknya kita pintar-pintar memberi batasan mana yang
harus dipublish ke keluarga besar dan mana yang cukup diketahui berdua dengan
pasangan.
6. Tinggal terpisah dengan
ipar dan mertua
Kalau sudah berumah tangga, gak jarang semua
urusan jadi lebih sensitif. Berbeda dengan waktu pacaran dulu. Itu benar
adanya. Bisa dibayangkan dua manusia, perempuan dan laki-laki yang berbeda
karakter, latar belakang, dan pemikiran harus tiinggal dalam 1 atap. Pastinya
satu sama lain perlu waktu untuk saling menyesuaikan. Susah-susah gampang lho
dan gak jarang menimbulkan konflik diantara keduanya.
Nah,kalo ditambah lagi
mesti tinggal 1 atap dengan ipar dan suami, hhmmm kalo aku sih gak kebayang ya
gimana jadinya. Sebaik apapun hubungan kita dengan ipar atau mertua, lebih baik
tinggal terpisah dengan ipar atau mertua. Jadi, kalaupun memang harus terjadi
konflik dengan pasangan, ya hanya kita berdua yang tahu. Selain itu, hubungan
kita yang dari awal memang sudah terjalin dengan baik dengan ipar atau
mertua, akan tetap baik adanya.
Jadi teringat pesan dari ibu-ibu yang sudah menikah lama dan pastiya lebih berpengalaman dibandingkan aku. Beliau cuma kasih tau aku seperti ini (waktu itu aku belum nikah lho yaa), "yang namanya perempuan itu kalo sudah menikah ada baiknya punya dapur sendiri". Saran dari beliau ini memang ada benarnya juga. Yang namanya dapur (dalam arti sebenarnya) kalo menurut aku nih adalah wilayah teritorinya seorang istri/ibu dalam rumah tangga. Hari ini mau masak apa, piring kotor sudah dicuci atau belum, lantainya sudah dipel atau belum, kulkas kondisinya kosong atau penuh dengan stok makanan, dan lain sebagainya adalah hal-hal yang kita tentukan sendiri. Sepele sihhh....tapi lain cerita kalau dapur kita mesti jadi satu dengan ipar atau mertua. Iya gak? Memang ada benarnya tinggal terpisah dengan ipar dan mertua...
7. Rendah
hati, hormat, dan tetap jalin silahturahmi dengan ipar dan mertua
Seperti yang aku bahas sebelumnya, kondisi
setiap rumah tangga itu berbeda lho baik rejeki, kedudukan, serta permasalahan
yang terjadi di dalamnya. Apapun itu bisa saja jadi sumber masalah atau
dipermasalahkan bagi ipar atau mertua. Tetaplah bersikap rendah hati dan tidak
sombong. Hormati ipar dan mertua kita dengan cara bertutur kata yang sopan dan
halus, tidak menghakimi, tidak menyindir, dan sebagainya. Dan yang pasti tetap
jalin tali silahturahmi dengan mereka yaa..
8. Berbesar
hati dan menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan
Dikarenakan kondisi tiap rumah tangga itu
berbeda, kadang ada aja ya baik ipar atau mertua yang merasa tersaingi atau
membanding-bandingkan yang satu dengan yang lainnya. Nah, kalau situasinya
memang sudah jelas-jelas tidak menyenangkan, tersenyum dan berbesar hatilah. Kembali ke poin No.1, berusaha kendalikan diri & tetap berpikir positif. Dan sebaiknya
hindari situasi seperti ini, ya kalau perlu ditinggalkan (dengan cara yang baik
tentunya yaa). Misalnya bisa dengan mengalihkan pembicaraan ke hal yang lain,
diam dan tersenyum, atau jika suasananya memang memanas, sebaiknya ditinggalkan
dulu untuk sementara waktu untuk menghindari pertengkaran.
Semoga artikel yang aku baca dan sadur dari berbagai sumber ini
dapat membantu para new mommies (sama seperti aku) yang baru memulai kehidupan
berumah tangga yaa... Buat mommies yang jauh lebih expert pengalaman
berumahtangganya, boleh dong share juga tips dan trik nya untuk menjalin
hubungan dengan keluarga suami agar tetap harmonis.
Regards,
Mama Kyara
Setelah aku membaca artikel di atas sangat membatu sekali buat saya. thanks gan udah berbagi
ReplyDeleteKebetulan Ane juga baru nikah nih. dengan adanya artikel ini sangat membantu. terimakasih sob
ReplyDeletehal seperti di atas sama persis yang seperti yg saya alami.
ReplyDeletememang tidak mudah gan, menjaga hubungan istri dan kluarga ipar,
bertawakal dan berdoa supaya smuanya di bukakan pintu hati demi menuju keluarga kecil dan kluarga yang harmonis.
Yakinlah: ”inna ma’al ’ushri yusro”, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan..! amin.