"Stress gw......!!!!!" Hehe begitulah kira-kira ya teriakan kalo orang lagi stres karena sesuatu hal. Siapa saja bisa mengalami stress, istri yang baru menikah, stres dengan kehidupan rumah tangga yang masih terbilang baru. Bentrok sama ipar, suami, mertua, bahkan keluarga besar. Ibu (yang sudah lama) rumah tangga, stres dengan rutinitas yang itu-itu saja, mengurus suami, anak-anak, dan lebih banyak tinggal di rumah. Ibu hamil bisa stres karena akan menghadapi persalinan, perubahan bentuk tubuh yang drastis, tekanan dari keluarga, atau bahkan dari suami. Ibu yang baru melahirkan bisa juga stress, biasanya stres ibu pasca melahirkan dinamakan Baby Blues. Ibu bekerja...wah ibu yang satu ini bukan cuma stress menghadapi pekerjaan, tapi bisa stress karena macetnya perjalanan menuju atau dari kantor. Ditambah lagi kepikiran anak di rumah, semakin menambah stress ibu bekerja. Double - double deh stressnya...hehe..Seperti teman seperjalanan pulang saya, Mbak Tri, selalu bilang "stress tingkat dewa".
Hayooo...mommy termasuk ibu stress yang mana? Mau masuk kategori manapun, tetep aja judulnya stress ya...Yuk kita kenalan lebih jauh sama si stress ini. Apa sich sebenernya stress? Mahluk seperti apa stress? Terus gimana juga bisa-bisanya stress datang melanda hidup kita? Kondisi seperti apa yang bisa dikatakan sebagai stress? Dan yang paling penting gimana caranya menghadapi si stress biar gak berlarut-larut?
Berikut kutipan modul "Manajemen Stress" yang ditulis oleh Dr Arlina Gunarya,MSc. Semua yang berkaitan dengan stress dibahas secara detail. Semoga bermanfaat untuk kita semua yaaa \(^_^)/
Apa yang dimaksud dengan Stress ?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada 2 pengertian stress:
(1) Gangguan atau kekacauan mental dan emosional
(2) Tekanan. Secara teknis psikologik, stress didefinisikan sebagai suatu respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan.
(2) Tekanan. Secara teknis psikologik, stress didefinisikan sebagai suatu respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan.
Stress is an adaptive response to a situation that is perceived as challenging or threatening to the person’s well-being
Jadi stress merupakan suatu respon fisiologik ataupun perilaku terhadap ‘stressor‘ ~ hal yang dipandang sebagai menyebabkan cekaman, gangguan keseimbangan (homeostasis), baik internal maupun eksternal. Dalam pengertian ini, bisa kita perjelas bahwa stress bersifat subjektif sesuai perspesi orang yang memandangnya. Dengan perkataan lain apa yang mencekam bagi seseorang belum tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain.
Di sisi lain, ‘stressor’ adalah sumber yang dipersepsi seseorang atau sekelompok orang memberi tekanan/cekaman terhadap keseimbangan diri mereka. Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :
1. Lingkungan ~ lingkungan kehidupan memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri seperti antara lain
- Cuaca, kebisingan, kepadatan,
- Tekanan waktu, standar prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa aman dan harga diri
- Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan, dengan perubahan keluarga
2. Fisiologik ~ dari tubuh kita
- Perubahan kondisi tubuh: masa remaja; haid, hamil, meno/andropause, proses menua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur >> tekanan terhadap tubuh
- Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman & perubahan lingkungan mengakibatkan perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.
3. Pikiran kita ~ pemaknaan diri dan lingkungan
Pikiran menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan menentukan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi makna/label pada pengalaman dan antisipasi ke depan, bisa membuat kita relax atau stress.
Indikasi/gejala stress
Bagaimana kita mengetahui apakah kita berada dalam keadaan stress atau tidak ? Apa gejalanya? Ada sejumlah gejala yang bisa diditeksi secara mudah yaitu :
(a) Gejala Fisiologik, antara lain :
denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan lambung
denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan lambung
(b) Gejala Psikologik, antara lain :
resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak enak perasaan, atau perasaan kewalahan (exhausted)
(c) Tingkah laku, antara lain :
berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, tgemetaran, berubah nafsu makan (bertambah atau berkurang).
Dampak stress
Apakah dampak stress? Dampak stress dibedakan dalam 3 kategori, dampak fisiologik, dampak psikologik dan dampak perilaku~ behavioral
Dampak Fisiologik :
Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik seperti : mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang lebih serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dsb.
Secara rinci dapat diklasifikasi sebagai berikut :
(a) Gangguan pada organ tubuh >>> hiperaktif dalam salah satu sistem tertentu.
- muscle myopathy >>> otot tertentu mengencang/melemah
- tekanan darah naik >>> kerusakan jantung dan arteri
- sistem pencernaan >>> maag, diarhea
(b) Gangguan pada sistem reproduksi
- amenorhea >> tertahannya menstruasi
- kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kurang produksi semen pada pria
- kehilangan gairah sex
(c ) Gangguan pada sistem pernafasan
- asthma, bronchitis
(d) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dsb
Dampak Psikologik:
• Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya peran sentral bagi terjadinya ‘burn – out’
• Terjadi ‘depersonalisasi’
Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring dengan kewalahan/keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang ‘seseorang’
• Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa kompeten & rasa sukses
Dampak Perilaku
• Manakala stress menjadi distress, prestasi diri menurun dan sering terjadi tingkah laku yang tidak berterima oleh masyarakat
• Level stress yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan, dan mengambil langkah tepat.
Strategi Menangani Stress
Tahap Pencegahan
Untuk mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 lapis:
• Lapis pertama ~ Primary prevention, dengan cara merubah cara kita melakukan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skills yang relevan, misalnya skill mengatur waktu, skill menyalurkan, skill mendelegasikan, skill mengorganisasikan.
• Lapis kedua ~ Secondary prevention, strateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara exercise, diet, rekreasi, istirahat , meditasi, dsb.
• Lapis ketiga ~ Tertiary prevention, strateginya kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, kalau diperlukan meminta bantuan jaringan supportive (social-network) ataupun bantuan profesional.
Tahap Penanganan
Berikut kutipan cara menangani stress yang bisa kita terapkan:
• Lapis kedua ~ Secondary prevention, strateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara exercise, diet, rekreasi, istirahat , meditasi, dsb.
• Lapis ketiga ~ Tertiary prevention, strateginya kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, kalau diperlukan meminta bantuan jaringan supportive (social-network) ataupun bantuan profesional.
Tahap Penanganan
Berikut kutipan cara menangani stress yang bisa kita terapkan:
•Rehat ~ Rest ~ istirahat
Tubuh kita ‘by default’ memerlukan jeda, istirahat. Kita perlu belajar bagaimana ‘speeding up’, tetapi juga arif dan terampil untuk ‘slowing down’. Bila kita tidak memiliki keterampilan untuk beristirahat, leisure, santai (bukan leha-leha) maka besar kemungkinan kita mengalami stress.
•Eating & Exercise – Makan dan Olah raga
Tubuh kita tidak hanya membutuhkan asupan yang seimbang, tetapi juga‘exercise’ yang memadai, agar badan kita bugar. Bandingkan apabila kita mempergunakan suatu peralatan baru biasanya kita terlebih dalulu membaca buku manual yang disertakan oleh pabrik pencipta peralatan tersebut. Oleh karena itu sebetulnya perlu kita cermati asupan apa yang baik untuk tubuh ini, menurut manual dari Penciptanya.
Tubuh kita ‘by default’ memerlukan jeda, istirahat. Kita perlu belajar bagaimana ‘speeding up’, tetapi juga arif dan terampil untuk ‘slowing down’. Bila kita tidak memiliki keterampilan untuk beristirahat, leisure, santai (bukan leha-leha) maka besar kemungkinan kita mengalami stress.
•Eating & Exercise – Makan dan Olah raga
Tubuh kita tidak hanya membutuhkan asupan yang seimbang, tetapi juga‘exercise’ yang memadai, agar badan kita bugar. Bandingkan apabila kita mempergunakan suatu peralatan baru biasanya kita terlebih dalulu membaca buku manual yang disertakan oleh pabrik pencipta peralatan tersebut. Oleh karena itu sebetulnya perlu kita cermati asupan apa yang baik untuk tubuh ini, menurut manual dari Penciptanya.
• Self-talk ~ percakapan kalbu
Sejak kecil kita punya ‘perlengkapan’ berpikir yaitu percakapan kalbu, dimana kita biasa mendengar apa yang hati atau hati nurani katakan kepada kita. Isi percakapan itu bisa positif, membuat kita optimis tetapi seringkali juga pesimis, membuat kita tertekan-stress. Kita masih perlu lebih mengembangkan arah percakapan dari kita kepada hati nurani ataupun kata hati kita, sehingga terjadi percakapan timbal-balik antara kita dengan diri kita. Dalam hal menangani stress, kita perlu bisa secara sadar mengganti isi percakapan yang tidak mendukung dengan kalimat yang bisa mendukung kita. Langkah ini biasa disebut percakapan kalbu:‘stop~ganti’ yang bisa kita latihkan di diri kita.
• Social support ~ jaringan pendukung,
Manusia adalah makhluk sosial, jadi pada hakikatnya tidak tahan sendirian, butuh perasaan tidak sendiri, tetapi punya sejumlah orang yang saling peduli, yang akan merasa kehilangan manakala lama tidak saling bertemu atau berkomunikasi. Dalam keadaan stress sebaiknya kita berusaha bertemu dengan teman, sehingga paling tidak kita tetap punya penghayatan tidak sendirian yang sungguh mencekam. Itulah sebabnya dianjurkan untuk membangun dan merawat jaringan supportifnya sehingga bisa saling mendukung di saat diperlukan.
Wuah rasanya informasi seputar stress cukup lengkap..kap..kap..Yuk,moms sama-sama kita kelola Si Stress itu dengan baik. Let's handle with care ^_^ Semoga kita bisa jadi Manajer Stress yang handal.
No comments:
Post a Comment