Pages

Welcome to my blog

Welcome to my blog

"If you want to change your life you need to change how you think and change what you do"

Welcome to my blog

Di sini tempatnya moms, new moms, atau moms wanna be berbagi cerita

Thursday, April 12, 2012

Ibu Rumah Tangga atau Ibu Bekerja?

Dulu sebelum menikah terlintas pikiran untuk menjadi wanita karir seutuhnya, tak pernah terlintas untuk menjadi ibu rumah tangga. Tapi, setelah menikah, mengandung, dan melahirkan anak, apa yang pernah terlintas di pikiran berbalik 180 derajat. Mungkin karena peran dan tanggung jawab sebagai wanita yang berubah dan bertambah kali ya, dari wanita single menjadi seorang istri, sekarang bertambah menjadi seorang ibu. Naluri keibuan untuk mengurus suami, mengasuh dan mendampingi anak, mengurus rumah tangga semakin bertambah kuat setiap harinya.

Menjadi ibu rumah tangga seutuhnya buat saya masih sebatas keinginan saja. Sampai saat ini terjebak dilema karena saya menjalankan peran sebagai ibu bekerja yang berangkat pagi pulang malam. Hampir setiap hari terjebak dalam kemacetan kota Jakarta. Ingin rasanya menjadi ibu rumah tangga, sepertinya menjadi wanita yang sempurna.


Namun, menurut survey kecil-kecilan yang saya lakukan, ternyata menjadi ibu rumah tangga tidak seperti yang saya bayangkan. Ada ibu rumah tangga yang malah ingin kembali bekerja karena satu dan lain hal. Menurut survey saya nih ibu rumah tangga katanya lebih stres dibandingkan ibu bekerja. Gak tau juga sih, karena saya belum mengalami.

Menurut sumber Kompas.com sebuah studi baru mengungkapkan fakta bahwa ibu yang selalu ada di rumah ternyata memiliki kecenderungan mengalami depresi dan memiliki kesehatan yang buruk dibanding ibu bekerja. 

Para peneliti dari University of North Carolina menganalisis 1.364  ibu yang baru melahirkan, dan mengikuti perkembangan dalam keluarga tersebut dalam waktu 10 tahun terakhir. Penemuan ini dipublikasikan dalam Journal of Family Psychology yang diterbitkan oleh American Psychological Association.

"Ada perbedaan yang signifikan dalam kesejahteraan ibu, misalnya konflik antara pekerjaan dan keluarga atau orangtua, ataupun perbandingan antara pekerja paruh waktu atau penuh waktu, dibandingkan dengan perempuan tak bekerja," ungkap Cheryl Buehler, pemimpin penelitian dari University of North Carolina. 

Dalam kasus kesejahteraan, ibu bekerja memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan, dan gejala depresi yang lebih rendah dibanding ibu rumah tangga. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara ibu yang bekerja paruh waktu dan penuh waktu dalam segi kesehatan dan tingkat depresi. Ibu bekerja juga memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dalam hal pendidikan anak. Dengan meninggalkan anak selama bekerja, mereka memberikan kesempatan anak-anak untuk belajar lebih mandiri. Hal ini tidak ditemui pada ibu yang tinggal di rumah saja.

Ibu yang pergi bekerja mengharuskan dirinya terpisah sejenak dengan anak di rumah, tetapi kondisi ini kadang-kadang justru membuat hubungan batin ibu dan anak menjadi lebih kuat. Rasa rindu yang dirasakan ibu dan anak akan membuat keduanya memiliki waktu berkualitas ketika sedang bersama. Dengan bekerja, ibu menjadi memiliki sedikit waktu refreshing sejenak dari kegiatannya mengurus anak, dan melakukan kegiatan lain yang tidak monoton sehingga mereka akan merasa lebih bahagia.

Saya, sebagai ibu bekerja, hampir tiap hari mengalami stres karena harus bergulat dengan macetnya Jakarta setiap berangkat dan pulang. 2-3 jam saya habiskan di jalan (total 4-6 jam pergi-pulang). Sampai kantor kesal, sampai rumah kesal karena cape di jalan. Kalau ternyata menjadi ibu rumah tangga jauh lebih stres dibanding ibu bekerja, mungkin stresnya 2 kali lipat ya Saya belum menjadi ibu rumah tangga, jadi belum terbayangkan gimana tingkat stres yang dialami.

Mungkin jalan terbaiknya menjadi ibu yang bekerja dari rumah kali ya. Suami keurus, anak keurus, dan pastinya rumah keurus dan kerjanya tidak perlu bergulat dengan kemacetan kota Jakarta. *mengkhayal..com* What a perfect dream!

Mungkin ada di antara para mommies yang lagi dilema juga seperti saya, atau ada yang sudah pernah mengalami jadi ibu bekerja kemudian jadi ibu rumah tangga, atau sebaliknya. Yuks moms, berbagi cerita. Siapa tau bisa memberikan pencerahan untuk saya atau para mommies yang masih dilanda dilema yang luar biasa ini.

3 comments:

  1. Hai,
    Saya full time mother sekarang, dulu saya bekerja, dan sering kali berhayal untuk menjadi full time mother, betapa enaknya dirumah menghabiskan waktu dengan anak2ku, tapi ternyata nggak semudah yang saya bayangkan dulu, menjadi ibu rumah tangga non bekerja benar2 menguras tenaga, pikiran juga emosi, saya saja saat ini mengalami depresi tingkat tinggi, bukan saya tidak mencintai keluarga terutama anak2 saya, saya sungguh mencintai mereka, jadi saran saya bagi moms yang ingin berhenti bekerja fikirkanlah masak2, atau bila memang tetap ingin berhenti bekerja, dan mengurus keluarga dirumah, carilah kesibukan juga (berkarir dirumah) dan juga jangan lupa ibu itu manusia, dalam artian makhluk sosial, jadi jangan lupa sesekali hang-out dengan sahabat itu perlu. Rutinitas harian yg sangat monoton bisa membuat ibu lama2 menjadi stress. Tulisan ini bukan bermaksud menakut2ti, akan tetapi fikirkanlah masak2 sebelum mengambil keputusan. Semua profesi ada plus minusnya kok. Semoga tulisan saya berguna. terimakasih

    ReplyDelete
  2. Hai,mom...terimakasih sudah share yaa...\(^_^)/

    ReplyDelete
  3. hi mom, itu yg saya rasakan sekarang. Memutuskan resign utk jadi full time mom, ternyata tidak semudah dibayangkan. Saya sedang mengalami stress yg cukup tinggi saat ini ketika baby sudah berusia 10 bulan, yaitu kehilangan diri saya sendiri. Saya sangat mencintai keluarga saya, apalagi baby yg sudah kami tunggu ckp lama, tetapi ternyata itu saja itu cukup untuk membuat saya bisa menjaga emosi saya. seperti mbak yang diatas, menjadi IRT hrs dipikirkan matang2

    ReplyDelete